Senin, 17 November 2014

Kisah Penyesalan Seorang Bankir Sukses

Rutinitas yang ia jalani bagaikan sebuah robot. Istrinya selingkuh dan anaknya juga merasa asing dengannya.
NambahTau - John Jerryson adalah seorang bankir yang sukses namun dia menyia-nyiakan hidupnya hingga akhirnya menyesali semuanya.
Lelaki 46 tahun yang tinggal di Australia ini merasa asing dengan dirinya sendiri bahkan keluarganya. Dia menyesali apa yang telah dilakukannya tapi lebih-lebih apa yang belum dilakukannya.
John merasa hidupnya seperti terbalik dan semua mimpi-mimpinya seakan telah lenyap. Hasil kerja kerasnya selama 26 tahun ternyata sia-sia.
Istrinya ternyata telah selingkuh dalam 10 tahun terakhir. Anaknya juga merasa asing dengannya. Tidak hanya itu, John juga tidak menghadiri pemakaman ayahnya. Cita-citanya untuk menulis buku, berkeliling dunia dan menolong orang-orang tak mampu juga tidak terwujud.
Semua itu disebabkan oleh egoisme untuk menjadi orang sukses.
Rutinitas yang ia jalani bagaikan sebuah robot. Berangkat jam 9 pagi, pulang jam 7 malam. Sampai di rumah, dia makan sebentar dan menyiapkan pekerjaan untuk esok harinya. Setelah itu dia tidur jam 10 malam. Kegiatan seperti itu dilakukannya selama 26 tahun tanpa melihat sekelilingnya.
Saat menulis kisahnya di sebuah forum, John sampai menitikkan air mata karena rasa penyesalan yang dalam. Jika saja John bisa bertemu dengan dirinya yang masih muda saat ini, mungkin sudah menonjoknya.
Semuanya diawali saat dia berusia 20 tahun. Saat masih muda, John adalah sosok yang inovatif, spontan, suka tantangan dan suka bergaul. Saat itu John sudah berpacaran dengan istrinya sekarang selama 4 tahun. Istrinya itu mencintai John yang penuh energi dan suka membuat orang tertawa.
Sebagai pemuda yang suka tantangan, John sudah berkeliling Selandia Baru dan Filipina. Dia berencana keliling seluruh Asia, Eropa dan Amerika. Kemudian, sebagai anak tunggal, John ingin hidupnya stabil secara ekonomi. Sejak mendapat pekerjaan itulah kehidupan John berubah dan berakhir dengan penyesalan.
John benar-benar mengabdikan diri pada pekerjaannya. Dia selalu sibuk dan sibuk dengan pekerjaan. Setelah pulang ke rumah, John makan malam. Kemudian mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya dan tidur. Paginya, dia bangun untuk memulai aktivitasnya. Semuanya dilakukan seperti sebuah robot tanpa mempedulikan lingkungan dan keluarganya.
Saat istrinya berterus terang telah selingkuh selama 10 tahun terakhir, John juga tidak merasakan kesedihan atau kemarahan.
Istrinya bilang John sudah berubah, tidak seperti dulu lagi. Saat menulis kisah ini, John pun sempat bertanya-tanya, apa yang dilakukannya selama ini di luar bekerja?
Jawabannya, tidak ada. Tidak menjadi seorang suami yang baik, bahkan menjadi dirinya seperti dulu sekalipun. Apa yang sudah terjadi terhadap pemuda yang energik dan suka tantangan yang ingin mengubah dunia ini?
Masih ingat tentang keliling dunia dan menulis buku? Itu semua dilakukan John di beberapa tahun pertama kuliahnya. Saat itu, John bekerja paruh waktu dan menghambur-hamburkannya.
Sekarang, John akan menyimpan setiap sen yang dia dapat. John bahkan sudah tidak ingat kapan dia menghabiskan uang untuk kesenangannya sendiri. Lagi pula, apa yang diinginkan dia sekarang?
Saat ayahnya sekarat, ibu John memintanya untuk datang. Tapi John lebih sibuk dengan dunianya. Saat itu John sedang dipromosikan oleh perusahaan.
John selalu menunda-nunda untuk mengunjungi ayahnya yang sakit, berharap dia dapat bertahan. Tapi ayah John akhirnya meninggal dunia sementara dia mendapat promosi. Selama bekerja, John sudah tidak pernah bertemu ayahnya selama 15 tahun.
Namun egoisme John sepertinya lebih tinggi dari rasa cinta terhadap keluarganya. Alih-alih merasa bersalah, John mengatakan pada dirinya bahwa tidak apa-apa tidak dapat jenazah ayahnya.
Sebagai seorang atheis, John merasa mati itu bukan masalah. Saat itu, segala hal didasarkan pada logika. Baginya, uang adalah yang paling penting.
Tapi John sekarang menyadari bahwa itu semua salah. John menyesal telah membuang energi sia-sia selama ini. John merasa semua harapan dan masa mudanya hilang.
"Aku menyesal pekerjaan telah menyita seluruh hidupku selama ini," katanya. "Aku menyesal menjadi suami yang buruk dan hanya menjadi mesin uang."
John juga sangat menyesal tidak hadir sebagai ayah bagi anaknya. John benar-benar sebuah dompet yang tidak berperasaan.
John ingin siapa saja yang membaca kisahnya untuk tidak menunda-nunda sesuatu, tidak lupa diri dan melupakan keluarga saat sudah sukses. Dan yang paling penting, jangan sia-siakan energi saat masih muda.
"Aku sadar bahwa aku membiarkan penundaan dan uang menggerogotiku dari mengejar gairah hidup ketika masih muda. Dan sekarang aku mati di dalam, tua dan lelah."
(Ism, Sumber: chrisandsusanbeesley.com)

0 komentar:

Posting Komentar