Jumat, 05 Desember 2014

Susi Bikin Pusing Malaysia dan Singapore Karena Harga Ikan Disana Jadi Sangat Mahal


Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebut kebijakan moratorium izin kapal asing baru yang diberlakukan telah memberikan dampak positif bagi Indonesia. Salah satunya adalah menipisnya pasokan ikan di negara tetangga, seperti Hongkong dan Singapura.



1. Kebijakan Menteri Susi bikin harga ikan melonjak di Malaysia


"Saya dengar laporannya seperti itu (pasokan ikan di Singapura dan Hongkong menurun)," ucap Susi usai penandatanganan MOU di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (1/12).
Dengan berkurangnya pasokan ikan di luar negeri, maka harga ikan akan semakin tinggi. "Saya dapat laporannya belum mendetil mereka (negara tetangga) penurunannya pasokan ikannya berapa banyak. Tapi saya dengar harga ikan mulai meninggi di wilayah negara tetangga kita," bebernya.
"Karena dari Malaysia tidak ada pasok, dari beberapa kapal juga tidak lagi memasok," tuturnya.
Dengan begitu, Susi berharap, para negara tetangga langsung membeli ikan di Indonesia. "Jadi bagus. Jadi kan nanti beli langsung dari kita, jadi mahal harganya. Itu yang kita mau," tegasnya.
Selain itu, Susi mengaku banyak mendapat laporan positif dari nelayan yang berada di Medan dan Balikpapan. "Sudah dapat laporan dari Medan, Balikpapan, terima kasih Bu Susi, harga ikan tenggiri murah. Biasanya kita enggak kebeli makan tenggiri karena mahal sekali," ungkapnya.
"Biasanya ikan tenggiri jauh lebih mahal dari mujair. Nah sekarang masyarakat bisa beli," tutupnya.

2. Malaysia Stop Ekspor Ikan ke Singapura


Malaysia menghentikan ekspor ikannya ke Thailand dan Singapura mulai bulan ini sebagai antisipasi terhadap kekurangan pasokan selama muson. Menteri Pertanian dan Industri Berbasis Agro Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob mengatakan langkah tersebut dilakukan untuk ekspor ikan jenis cencaru, selar, selayang dan kembung.
Thailand dan Singapura merupakan dua importir terbesar ikan dari Malaysia. "Kami sudah menerbitkan larangan ekspor ikan hingga muson berakhir, untuk mengamankan suplai."
Akibat merosotnya jumlah pasokan ke Singapura, harga ikan di negeri berlambang Merlion itu pun melonjak. Harga ikan selar misalnya, dijual sekitar $8 per kilogram dari sebelumnya $7 kilogram. Menurut sejumlah pedagang ikan, turunnya pasokan sudah terjadi dalam sebulan terakhir.
Pemerintah Indonesia dengan tegas melarang penangkapan ikan oleh kapal negara tetangga di perairan Nusantara. Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti mengancam akan menindak tegas kapal-kapal dari negara tetangga--seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina--yang menolak bekerja sama menghentikan praktek pencurian ikan di wilayah Indonesia. Boikot dinilai bisa menghentikan praktek penangkapan ikan yang tidak sah, tidak dilaporkan, dan tak sesuai dengan aturan (illegal, unreported and unregulated fishing/IUU).
Presiden Joko Widodo juga mendukung langkah tegas Menteri Susi. Pemerintah sudah meneggelamkan 200 kapal milik nelayan Malaysia yang menyerobot perairan Indonesia.
Akibat langkah Jokowi ini, media online Malaysia melancarkan kritik pedas. Utusan.com menulis bahwa Jokowi angkuh dan ingin konfrontasi dengan Malaysia. 


3. Menteri Susi : Orang Indonesia Bantu Pencuri Ikan Masuk Laut RI


Susi Pudjiastuti, menyebut maraknya pencurian ikan (illegal fishing) di Indonesia tak lepas dari campur tangan orang Indonesia. Baik itu kebijakan yang lemah maupun sistem penegakan hukum yang masih setengah hati.
“Ada tangan-tangan di negeri ini yang membawa pelaku illegal fishing masuk ke Indonesia,” ujar Susi dalam pertemuan Chief Editors Meeting di Jakarta, Senin 1 Desember 2014.
Ia kemudian membandingkan di negara lain. Di sejumlah negara seperti Amerika dan Australia, proteksi terhadap hasil laut mereka telah dilakukan dengan baik. Kedua negara itu, menganggap hasil laut mereka sama pentingnya dengan kedaulatan bangsa.
“Karena itu, selama 10 tahun terakhir, banyak pelaku pencuri ikan yang sudah terbatas geraknya masuk ke perairan Indonesia. Sebab apa? Negara kita belum merevisi perundangan yang berkaitan dengan kelautan kita,” ujar Susi.
Potensi hasil laut di Indonesia, kata Susi, begitu melimpah. Panjang pantai yang dimiliki Indonesia saja menempati urutan kedua di dunia. Namun sayang, Indonesia hanya menempati urutan kelima dalam kegiatan ekspor ikan.
“Di negara kita, ikan laut jadi mahal. Padahal jumlahnya melimpah. Dan kini, kita disuruh ganti makan ikan dengan ikan lele dan nila, yang notabenenya pakan ikan tersebut didapat dari impor,” katanya.
Sejauh ini, Susi mengaku, paska penerbitan moratorium dan transhipment untuk kapal asing penangkap ikan dengan ukuran 30 gross ton (GT), belum ada keluhan dari negara lain. Ia meyakini, seluruh negara khususnya ASEAN menghormati kebijakan yang diterapkan Indonesia.
“Sampai hari ini belum ada komplain dari negara lain soal moratorium kita. Saya pikir mereka sangat menghormati kebijakan kita. Laut ini milik dunia, jadi mereka mengakui kebijakan yang sudah kita buat,” tutupnya.

0 komentar:

Posting Komentar