Sabtu, 20 Desember 2014

Soal Uang yang Selalu Menghambat Jalanmu ke Kemapanan

Muda dan masih berapi-api mencari uang, begitulah gambaran anak muda pertengahan 20-an sekarang. Tapi jangan salah, semangat kerja mereka yang luar biasa juga disaingi dengan semangat membelanjakan uang yang luar biasa. Seakan-akan karena kerjanya hari ini, uangnya juga harus dihabisin hari ini. Padahal, jauh di dalam hati mereka sadar kalau mereka bakal membutuhkan jauh lebih banyak uang di masa depan.
Mungkin kamu juga termasuk para anak muda yang tahu pentingnya untuk mulai hati-hati soal uang. Tapi tetap aja, kamu menyangkal dan terus menyangkal kenyataan tersebut. Dengan membohongi diri sendiri, kamu merasa tenang dan nyaman. Padahal, tanpa sadar kamu telah menghalangi jalanmu sendiri untuk mencapai kemerdekaan finansial.
Berikut ini adalah kebohongan finansial yang harus berhenti kamu katakan ke diri sendiri. Sudah nggak zamannya lagi kamu kecanduan pada rasa tenang dan nyaman yang nggak riil. Ayo bangun!

1. “Aku masih muda, baru aja mulai jadi karyawan. Buat apa udah jauh-jauh mikir pensiun?”


Kodrat jiwa muda memang sepertinya jumawa: menggebu-gebu bekerja tanpa memikirkan hari tua. Memang benar bahwa kamu cinta pekerjaanmu, dan pikiran tentang pensiun belum memasuki pikiranmu. Kamu mau kerja hingga umur 70 tahun, kira-kira hingga setengah abad lagi. Buat apa sih jauh-jauh memikirkan pensiun?
Kenyataannya, menyiapkan dana pensiun sejak dini adalah salah satu keputusan finansial paling cerdas yang bisa kamu ambil. Sebagai pensiunan, kesehatanmu tak akan seprima sekarang. Di tahun 2014 saja seseorang bisa menghabiskan ratusan ribu hingga jutaan rupiah hanya untuk sekali check-up kesehatan. Di tahun 2054 nominal ini bisa jauh lebih tinggi karena inflasi.
Tambah lagi, jika kamu hidup sampai umur 80 tahun sementara kamu hanya menjadi karyawan hingga umur 55, kamu harus membiayai 25 tahun hidupmu sebagai pengangguran pensiunan. Jumlah dana pensiunan pegawai BUMN atau PNS juga tak seberapa, tak akan cukup membiayai hidupmu kecuali kamu mau hidup dengan jauh lebih sederhana. Kalau kamu tak mulai menabung dari sekarang, mau dapat uang darimana?
Buatlah tabungan dana pensiun pribadi, bahkan kalau perusahaan tempatmu bekerja sekarang sudah menyiapkan dana pensiun untukmu nanti. Program dana pensiun yang disediakan perusahaan asuransi jiwa (PAJ) atau berbagai bank adalah alternatif yang baik untuk membuatmu bisa menikmati masa tua dengan nyaman. Jangan bikin dirimu di masa depan menjadi tragis hanya karena kamu yang sekarang enggan menyiapkan tabungan untuk masa tua.


2. “Aku bakal menyisihkan uang untuk menabung, kok… Mulai besok.”


Sayangnya, rencana untuk besok ini gak pernah terealisasikan. Yang kamu lakukan tiap hari adalah menunda setelah menunda untuk menabung. “Nantilah, aku mulai menabung setelah (menikah, dapat promosi, serta alasan-alasan lain)” Tercapai atau tidaknya targetmu, pasti akan selalu ada alasan yang menghalangi untuk berniat menabung. Jangankan menyisihkan uang, sisa gaji pun selalu habis.
Untuk membiasakan diri menabung, paksakan dirimu untuk berpikir bahwa menabung adalah kewajiban. Menabung adalah hutang yang harus kamu bayar untuk diri sendiri, yang manfaatnya baru bisa di rasakan pada masa depan. Aktifkan fitur transfer otomatis dari rekening penerima gaji ke rekening khusus untuk tabungan. Perintahkan bank untuk mentransfer Rp. 100-200.000 tiap kali kamu menerima gaji. Dengan begitu, kamu gak akan sadar bahwa kamu sudah punya tabungan. Dan yang terpenting, lakukan hari ini — bukan besok.


3. “Risiko berinvestasi itu besar. Aku harus benar-benar ngerti strateginya dulu sebelum mulai investasi.”


Risiko investasi itu memang besar — itu sih bukan sebuah kebohongan. Yang menjadi kebohongan di sini adalah “Aku pengen ngerti dulu istilah investasi, belajar dari buku. Jadi aku investasinya nanti saja.” Buktinya, gak sekalipun kamu menyentuh buku yang tadinya mau kamu baca. Malah kamu gak ada usaha sama sekali untuk mempelajari perihal investasi yang sebenarnya bisa kamu tanya pada yang berpengalaman. Itu semua karena kamu takut mengambil risiko. Jadi kamu merelakan uangmu mengendap bertahun-tahun dalam rekening bank tanpa diputar sama sekali.
Padahal kalau takut dengan risiko besar, kamu juga bisa investasi dengan aman. Kalau enggan bermain dengan pasar saham, lakukan saja investasi riil, seperti emas dan properti. Kamu juga bisa berbisnis sendiri — ada banyak peluang bisnis yang bisa dimulai dengan Rp. 1 juta saja.
Satu hal yang harus kamu ingat bahwa inflasi terus terjadi dan pengaruhnya nyata. Inflasi yang meningkat akan menggerus nilai uang yang kamu simpan di bank. Meski nominal yang tertera sama, namun nilainya sudah turun. Jika kamu mau melindungi nilai uangmu, cobalah berinvestasi pada emas dan/atau properti.


4. “Kalau gak berencana membeli rumah atau mobil, skor kredit itu gak penting.”


Kamu selalu berkata dalam hati bahwa kamu belum berencana beli rumah dan mobil, sehingga memperhatikan skor kredit untuk sekarang itu gak penting. Padahal dalam hati kamu sadar bahwa sekarang skor kredit sudah menjadi bahan pertimbangan kalau kamu mau ikutan asuransi, mengajukan pinjaman lunak, pemeriksaan latar belakang saat melamar kerja, dan bahkan pacar kamu bakal mulai sering bertanya apakah skor kredit kamu bagus atau jelek.
Sebentar… atau jangan-jangan kamu belum tahu apa itu skor kredit? Skor kredit adalah semacam nilai “raport” yang dihitung dari riwayat hutangmu, seberapa cepat kamu melunasi pinjaman, seberapa lama dan seberapa banyak kamu berhutang, serta jumlah dan tipe rekeningmu. Ketika kamu ingin mengajukan pinjaman di masa depan, bank atau perusahaan pemberi kredit akan melihat skor kreditmu ini. Semakin bagus, semakin lebar kesempatanmu untuk mendapatkan pinjaman.
Jadi mulai sekarang jangan segan-segan untuk memeriksa dan menghitung skor kredit kamu. Mulailah berhubungan baik dengan bank, bayar tagihan kartu kredit tepat waktu, dan jika berhutang, jangan sampai kamu menunggak kelamaan.


 5. “Gaji pas-pasan gini, mana bisa buat nabung…”


Penghasilan per bulan kecil? Gaji gak sesuai beban pekerjaan, jadi gak bisa nabung sama sekali? Ah, jangan bohong. Semua orang yang punya penghasilan bisa menabung. Dari 1,000 perak hingga 10,000. Dari celengan ke rekening bank. Dari Rp. 50 ribu hingga ratusan ribu rupiah. 5% dari gaji sampe 20% dari gaji. Cara manapun yang kamu pilih, sekecil apapun jumlahnya, kamu bisa menanbung. Menabung bukan masalah besarnya uang yang kamu terima tiap bulan, tapi besarnya penghematan yang kamu lakukan tiap bulan.


6. “Mending beli rumah aja sekalian. Kalau ngontrak, kayaknya jauh lebih mahal.”


Eits, jangan salah. Gak selamanya membeli rumah bisa membuat kamu berhemat. Dan gak selamanya mengontrak/menyewa rumah bikin kantong kamu kering. Dalam situasi dan kondisi tertentu, menyewa rumah justru akan lebih menguntungkan daripada membeli sekalian.
Misalnya, kamu cuma tinggal di kota tertentu dalam jangka pendek 1-2 tahun sebelum pindah lagi ke kota lain. Jelas lebih rasional untuk menyewa dibandingkan membeli rumah. Selain itu, menyewa rumah juga gak mengharuskan kamu mengurus rekening PLN, telepon, air atau internet baru, sehingga hidupmu bisa lebih praktis. Belum lagi kalau ternyata rumah yang disewa sudah lengkap dengan perabotan, bayangkan berapa juta yang bisa kamu hemat. Jadi sebelum memutuskan beli rumah pertimbangkan dulu urgensinya dengan matang.


7. “Buat apa ikut asuransi kesehatan, toh aku selama ini nggak pernah sakit.”


“Asuransi kan buat orang yang sakit-sakitan doang.” 
Ckckckck… Jangan pamali, guys. Rezeki emang bisa dicari, tapi bala gak bisa ditolak. Mungkin daya tubuhmu bagus, tapi sh*t happens setiap hari, bisa aja kamu jadi korban kecelakaan lalu lintas atau kekerasan di jalan. Negara kita rawan bencana alam, lho masa lupa? Kecuali kamu punya bola kristal yang bisa memprediksikan kapan sh*t akan terjadi, mending segera lindungi dirimu dengan asuransi kesehatan atau paling nggak, jaminan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah.


8. “Yaelah, calonnya aja belum ada. Ngapain aku nyimpan duit buat nikah?”


Wah, jangan salah. Cinta datang tiba-tiba.
Alasan paling lumrah: “Kalau udah ada calonnya, baru nabung buat nikah” atau “Aku gak akan menikah seumur hidup”. Menikah atau nggak itu pilihan masing-masing, namun sekali lagi, kita tidak tahu pilihan apa yang akan kita ambil di masa depan. Apa kamu bisa menjamin bahwa di masa depan kamu akan setia dengan status jomblomu?
Selain itu, menabung untuk masa depan juga tak melulu harus berkaitan dengan pernikahan. Mungkin kamu akan sekolah lagi, mungkin kamu mau membiayai orang tua berhaji, mungkin kamu memutuskan mengadopsi anak dan menjadi single parent – siapa yang tahu? Yang kamu tahu adalah kamu bisa membuat persiapan mulai dari sekarang, demi menyambut momen-momen besar dalam hidupmu.

Kita harus sepakat di sini: kamu mesti berhenti berbohong pada dirimu sendiri, dan mulai berpikir untuk menciptakan kestabilan finansial untuk jangka panjang. Cuma orang berpikiran pendek yang hidup hanya untuk hari ini. Orang bijak juga akan hidup untuk hari esok!

0 komentar:

Posting Komentar