Rabu, 10 Desember 2014

Hidup Tanpa Mobil, Banyak Cuti, dan Hal-Hal Lain yang Menjadikan Orang Denmark Manusia Paling Bahagia Di Dunia

Pada tahun 2013, Denmark menduduki peringkat teratas sebagai negara dengan penduduk paling bahagia di dunia. Tahun ini memang ‘kebahagiaan’ mereka telah direbut oleh Panama dan Kosta Rika dengan menggeser Denmark di posisi ketiga, namun Denmark secara reguler dan konsisten selama bertahun-tahun terkenal selalu memanjakan warganya. Mungkin kamu akan bilang, “Ya, jelas bahagia, mereka ‘kan kaya-kaya” Nggak juga. Mereka gak semakmur tetangganya Norwegia, gak sekaya Qatar dan bahkan gak bisa menyamai pendapatan per kapita orang Singapura.
Lalu apa yang membuat negara kecil berpenduduk 5,5 juta orang yang suka makan ikan herring dan kemana-mana mengayuh sepeda ini menjadi negara paling bahagia di muka bumi?


1. Di Denmark, kebahagiaan sudah diperoleh warganya jauh sebelum mereka dilahirkan. Denmark sangat pemurah dalam urusan memberikan cuti pekerjaan.



Saat wanita di Indonesia harus puas dengan kebijakan cuti melahirkan selama 3 bulan, orang tua di Denmark secara total bisa memperoleh cuti sebanyak 52 minggu, yaitu sama dengan setahun, dan gaji tetap dibayar penuh 100%. Dari 52 minggu tersebut, Ibu bisa mengambil cuti melahirkan selama 18 minggu, supaya mereka merasa nyaman menjelang dan sesudah persalinan. Kebijakan ini terbukti menekan angka kematian bayi  dan memberikan bayi kesempatan untuk memperoleh masa ASI eksklusif lebih panjang.
Dengan kata lain sebelum dilahirkan, bayi di Denmark sudah diberi kesempatan untuk menjalani hidup yang nyaman. Tidak hanya ibu, seorang pria yang istrinya melahirkan juga mendapat cuti khusus selama 2 minggu dengan gaji yang tetap dibayar penuh oleh pemerintah. Sedangkan 32 minggu jatah cuti sisanya, bisa diambil kapan aja oleh orang tua ketika dibutuhkan.


2. Sejak usia dini, bocah-bocah Denmark sudah mencicipi pendidikan murah dan berkualitas



Kebahagiaan yang dirasakan orang tua dan anak gak hanya sebatas jumlah cuti yang panjang saja, tapi berlanjut ketika anak membutuhkan pengasuh maupun pendidikan pada usia dini. Mengingat pentingnya pendidikan sejak usia dini terhadap kesehatan dan kebahagian anak hingga dewasa, semua bocah Denmark mulai dari umur 1 hingga 5 tahun berhak mendapat pengasuhan dan pendidikan murah baik dari pengasuh, penitipan anak, pra-sekolah hingga TK. Orang tua Denmark Cukup membayar 25% saja dari biaya penitipan dan pendidikan anaknya. Sisanya? Disubsidi oleh pemerintah.
Biaya sebesar 25% tersebut masih bisa didiskon apabila adik dan kakak dididik pada tempat yang sama. Bahkan orang tua tunggal atau yang berpenghasilan berpeluang membayar pendidikan anak usia dininya dengan cuma-cuma. Kultur jam kerja yang fleksibel memungkinkan orang tua untuk pulang 1-2 jam lebih awal dari kantor supaya bisa menjemput anaknya pulang. Semua itu dilakukan pemerintah Denmark agar para orang tua gak ragu lagi untuk menitipkan anaknya pada pengasuh dan/atau lembaga PAUD, jika orang tua tenang mereka bisa segera kembali masuk kantor. Orang tua masuk kantor berarti produktivitas meningkat dan secara langsung berpengaruh pada perekonomian negara.


3. Pajak yang tinggi sebanding dengan fasilitas kesehatan yang mumpuni. Di Denmark, orang miskin tetap boleh sakit!



Warga Denmark memahami arti penting kesehatan hingga memandang perawatan medis sebagai hak dasar warga negara. Setelah membayar pajak perorangan dengan rate yang tinggi (bisa mencapai 60,2%), sangat wajar jika orang Denmark memperoleh pelayanan terbaik untuk masalah kesehatannya. Dengan pajak setinggi itu semua warga Denmark bisa merasakan nikmatnya jaminan kesehatan yang berkualitas. Biaya perawatan, kunjungan dokter, rawat inap, tes di lab, kontrol hingga beberapa jenis obat-obatan, semuanya ditanggung oleh sistem kesehatan negara yang tertata rapi tanpa orientasi untuk mengejar keuntungan.
Orang Denmark sangat peduli dengan kesehatannya, rata-rata mereka mengunjungi dokter ‘langganan’ hingga tujuh kali dalam setahun. Dan mereka akan mendapatkan semacam penasihat apabila tengah berurusan dengan penyakit atau urusan medis yang lebih rumit. Karena memiliki dokter favorit masing-masing dan selalu didampingi penasihat, maka orang Denmark selalu memahami kesehatannya dari waktu ke waktu.


4. Cuaca dingin dan langit yang gelap gak membuat orang Denmark murung, galau, dan gloomy



Sebuah negara di mana matahari bersinar kurang dari enam jam dalam sehari, ditambah suhu yang dingin, serta langit yang gelap suasana Denmark dengan mudah bisa mengubah mood seseorang dari negara tropis seperti kamu menjadi murung dan sedih. Namun kejamnya cuaca di sana gak menyurutkan kebahagian orang Denmark sama sekali, mereka justru melawannya dengan sebuah budaya lokal bernama hygge. Sulit menemukan padanan kata hygge dalam bahasa Indonesia, namun bisa dibilang hygge adalah kegiatan yang dilakukan orang Denmark untuk mengabaikan cuaca dingin dan langit gelap yang menghantui negara tersebut pada musim dingin.
Hygge bisa bebentuk apa saja, bisa benda ataupun kegiatan yang menimbulkan rasa nyaman, tenang, cinta bersama orang yang kamu sayangi sehingga rasa gloomy akibat cuaca yang memburuk bisa diusir. Minum cokelat panas di kafe bareng pacarmu adalah hygge, duduk di dekat perapian sambil berceloteh dengan keluarga juga hygge, atau berselimut ria sambil melanjutkan episode serial TV favorit bareng besties itu juga hygge. Lagi pula bercengkrama dalam kehidupan sosial dan disertai dengan makanan yang manis-manis adalah mood booster bagi semua orang bukan?
Hayoo…siapa di sini yang masih suka nge-tweet galau dan jadi teringat mantan setiap hujan turun?


5. Salah satu kunci kebahagiaan mereka adalah menjalani hidup yang sederhana dan minim ekspektasi



Bagi orang Denmark, menjadi sederhana adalah kunci menuju kebahagiaan, meraka gak mau menjalani gaya hidup yang muluk-muluk kalau pada akhirnya hanya bikin kamu kelelahan sendiri mencari uang, lalu kecewa karena apa yang kamu dapat gak sesuai yang kamu harapkan. Kadang-kadang kesederhanaan memberi lebih banyak kebahagiaan, daripada memiliki harta melimpah dan kekuasaan. Orang Denmark mengakui kalau mereka selalu punya low expectation dalam menjalani hidup, sehingga ketika mendapat lebih yang dari diharapkan mereka akan merasa girang, sementara kalau apa yang diperoleh gak sesuai dengan harapan mereka masih senang-senang aja.
Dengan punya ekspektasi yang rendah maka mereka akan jarang merasa kecewa. Jika ada orang Denmark mengaku gak bahagia, setidaknya mereka sudah memiliki kepuasan atas kehidupannya. Rasa puas ini adalah imbas dari tatanan masyarakat yang homogen, gak ada jaraknya besar antara yang kaya dengan yang miskin, dan minimnya gejolak berskala nasional selama bertahun-tahun.


6. Orang Denmark membuktikan kalau kamu gak harus punya mobil untuk menjadi bahagia



Sekitar 44%  keluarga di Denmark tidak memiliki mobil sama sekali. Lalu naik apa mereka saat bepergian? Naik angkutan umum dan sepeda tentunya. Sekitar setengah juta sepeda terjual tiap tahunnya di Denmark, makanya gak mengherankan kalau 9 dari 10 orang Denmark punya sepeda di rumahnya. Di Copenhagen, kota terbesar dan terpadat di Denmark, sepeda digunakan 50% alias separuh dari warga kota untuk berangkat ke sekolah, kampus dan kerja. Separuh kegiatan komuting di kota ini dilakukan dengan mengayuh sepeda karena selain menyehatkan tubuh, ternyata mengandalkan sepeda sebagai moda tranportasi utama membawa keuntungan bagi kota. Riset menemukan bahwa tiap kilometer yang dilalui dengan sepeda, seorang warga Copenhagen telah menghemat anggaran pemkot sebesar USD 7,8 yang biasa digunakan untuk menangani kecelakaan, kemacetan, polusi udara dan polusi suara. Dengan 1,2 km jarak yang ditempuh oleh seluruh warga dalam sehari, Copenhagen berhasil menghemat anggaran sebesar USD 34 juta tiap tahunnya.
Lalu alasan apa yang membuat warga Denmark dengan senang hati menempuh rata-rata 1,1 km tiap hari dengan sepada? Karena fasilitas bersepeda di sana begitu aman dan menyenangkan. Alih-alih membuat marka jalan dari cat yang memisahkan jalur sepeda dari kendaraan bermotor, pemerintah di sana membuat jalur sepeda yang benar-benar terpisah dengan jalan, hampir mirip seperti jalur busway tapi untuk sepeda. Dengan begitu pesepeda jadi aman dari ancaman tertabrak kendaran lain. Pemerintah di sana juga membangun rute nasional khusus sepeda sepanjang ribuan kilometer. Jadi kalau kamu kuat kamu bisa mengelilingi negara ini dengah sepeda. Modal dengkul kokoh aja, buat apa mikirin BBM?


7. Salah satu hal yang bikin mereka bahagia adalah mereka sadar bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri. Orang-orang Denmark selalu ringan berbagi



Warga Denmark mau membayar pajak yang tinggi bukan karena mereka hanya memikirkan dirinya sendiri, bukan pula karena ingin anaknya kuliah gratis hingga meraih gelar PhD. namun karena orang Denmark memiliki rasa beratanggungjawab dan rasa saling memiliki terhadap sesama, terutama mereka yang pendapatannya kurang dari USD 55 ribu/tahun sehingga gak mampu membayar pajak sebesar 60%.
Para pembayar pajak Denmark sadar kalau uang yang mereka bayarkan akan digunakan untuk pemerataan pelayanan masyarakat, sehingga semua warga baik kaya maupun miskin bisa berobat gratis, semua pelajar terlepas apapun pekerjaan orang tuanya bisa kuliah hingga S3, semua anak mendapat pendidikan sejak dini, Agar warga tua, muda hingga anak kecil bisa bersepeda dengan aman di jalan raya, dan ketika nanti ketika jadi kakek-nenek pemerintah masih menjamin kesejahteraan mereka.
Rasa peduli yang didukung kemapanan ekonomi serta kesimbangan hidup dan kerja yang terjaga, menghasilkan sifat kesetiakawanan sosial yang tinggi. Lebih dari 40% warga Denmark terlibat sebagai tenaga suka rela pada organisasi kebudayaan dan olahraga, partai politik, organisasi sosial dan NGO.

Menjaga ekspektasi tetap rendah akan menghindarkan kamu dari kekecewaan. Kesimbangan dan fleksibelitas antara pekerjaan dan keluarga malah mendukung produktivitas mereka. Kamu juga bisa melihat bahwa melalui program-program yang gak berorientasi pada profit, pemerintah dapat memanjakan warganya dengan subsidi yang merata. Merasa bertanggung jawab atas keadaan orang lain memperlihatkan bahwa dengan peduli dan mau berbagi kamu bisa jadi manusia yang bahagia.
Orang Denmark sekali lagi menjadi bukti nyata bahwa terlepas dari uang dan kekuasaan, kebahagian justru di dapat ketika kamu gak mengharapkan yang muluk-muluk.

by Yogi

0 komentar:

Posting Komentar